Month: September 2024

For young scholars embarking on their research journey, building impact is not only about publishing groundbreaking findings but also ensuring that the knowledge gained from your work resonates with a wider audience, translates into actionable outcomes, and contributes to meaningful change. Here’s how you can empower yourself and others to maximize the impact of your research through six essential tips:

Tip 1: Be a Visionary – Begin with the End in Mind

In the fast-paced world of research, it’s easy to get caught up in the details and lose sight of the bigger picture. To create impact, start by envisioning the end. Ask yourself: What will success look like for your research? Having a clear goal from the beginning helps you stay focused and motivated.

Finding the balance between passion and strategy is crucial. While passion drives the pursuit of knowledge, strategy ensures that the research is purposeful and aligns with broader societal needs. Balance your zeal for discovery with a well-defined plan for application.

Tip 2: Move Beyond the Article – Communicating Your Research to New Audiences

Research impact extends far beyond academic journals. To reach new audiences and make your findings more accessible, you need to explore various mediums to share your work.

• Blogs allow you to break down complex ideas into engaging, digestible content for a broader audience. Write short, engaging articles that simplify your research while retaining its essence.
• Professional magazines enable you to tailor your research findings for industry-specific readers, ensuring your work reaches practitioners and decision-makers.
• Podcasts offer an informal platform to discuss your research, fostering conversations with experts, stakeholders, and even the general public.

Being innovative is key. Work collaboratively to determine the best ways to disseminate knowledge, such as establishing data-driven decision systems to track the effectiveness of research knowledge. Use dashboards or KPIs to measure the impact and adjust accordingly.

Leverage digital platforms like webinars, online courses, and interactive workshops to facilitate knowledge-sharing and collaboration. These platforms offer scalable, adaptable ways to communicate findings across industries or regions.

Tip 3: Plan, Plan, Plan for Impact

A clear roadmap is essential for creating impact. Start by asking yourself: What do you want to do with the knowledge from your research? Do you aim to change policy, influence behavior, develop new products or technologies, or simply advance scientific knowledge? Defining these goals early will guide your actions and help you design strategies to reach your intended audience.

Proper planning ensures that your research is not just confined to the lab or academic community but is translated into practical, real-world applications. Align your impact goals with the broader implications of your work to ensure lasting influence.

Tip 4: Make Some New Friends – Build and Maintain Research Partnerships

Building impact requires collaboration, and that means forging strong relationships with key stakeholders. Research is more impactful when it’s relevant and actionable for those who can benefit from it the most.

Establish partnerships that align your research with the needs of stakeholders, ensuring that it addresses both short-term and long-term priorities. Relationships should evolve as your research progresses and as the needs of your stakeholders change. Maintaining continuous communication and collaboration helps to sustain trust, creating partnerships that are mutually beneficial and sustainable over time.

Tip 5: Use Your Institution’s Expertise

Many institutions have dedicated staff or departments focused on research impact. These professionals are invaluable when it comes to navigating the often-complex pathways to translating research into practical, real-world applications.

Leverage the expertise of your research office or other internal resources to develop efficient and effective impact strategies. These experts can offer guidance on everything from scaling processes to refining knowledge translation mechanisms.

Tip 6: Create Feedback Loops

To ensure long-term impact, it’s important to continually refine your processes. Establish feedback loops that allow you to gather insights from evaluations and apply them to your knowledge implementation strategies.

Measuring short-term impact is crucial in understanding if your strategies are effective. Regularly assess the immediate effects of your work and use data-driven decisions to enhance your approach. These iterative adjustments will help you stay aligned with your objectives and improve the overall impact of your research over time.

By embracing these six tips, young scholars can move beyond simply conducting research and start building a lasting impact. Whether through innovative communication methods, strong partnerships, or leveraging institutional expertise, the key to empowerment lies in being proactive, strategic, and adaptive.

This article are written based on the input I gained from the online Webinar: Building Impact for Research: Empowering Young Scholars by Professor Ian Phau.

Speaker information:
Ian Phau is John Curtin Distinguished Professor at School of Management and Marketing, Faculty of Business and Law. He is also the Director of the Luxury Branding Research Cluster. He continues to maintain a high calibre profile in a wide range of industry sectors, where his extensive industry and research expertise have led to much success. Recent portfolios include LVMH, Shiseido, Prada and IWC. His publications appear in the Journal of Business Research, Journal of Advertising, Journal of Advertising Research, European Journal of Marketing, Journal of Retailing and Consumer Services, Journal of Brand Management and Psychology and Marketing, Tourism Management, amongst others. He is the current Editor-in-Chief for the Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics (Emerald). In recognition of Professor Phau’s continued commitment to innovative and progressive teaching, he has received several accolades during his teaching career such as Excellence in Teaching Award, Supervisor of the Year Award, Curtin Excellence and Innovation in Teaching Award and to top it all, the prestigious national ALTC excellence in teaching award.

Satu masa dahulu ….

“Perpustakaan” salah satu tempat istimewa untuk saya. Ia memiliki nilai sentimental yang tinggi dalam sepanjang tangga kehidupan saya. Sewaktu kecil, ayah ibu tidak terlepas peluang bawa saya dan arwah abang ke Perpustakaan Negara tiap kali cuti sekolah. Dari hanya terlimitasi diruang kanak-kanak hingga saya berusia 13 tahun, dibenarkan untuk naik ke ruang pembacaan dewasa.

Satu masa dahulu, Perpustakaan Negara menggunakan sistem kad ahli yang perlu diperbaharui secara tahunan. Kad tersebut membolehkan akses ke bangunan utama dan ke semua tingkat bangunan utama perpustakaan. Selain daripada itu, ia membolehkan kita meminjam buku bacaan umum. Jika tertinggal kad perpustakaan , memang tak dapat masuklah jawabnya.

Sewaktu sekolah menengah, saya kerap datang ke sini selepas habis sesi pagi kelas tambahan. Naik bas, jalan sedikit lebih kurang 500 meter dan akan ulangkaji hingga lewat petang jam 5. Kebiasaannya saya akan tempah Bilik Karel. Ia merupakan bilik tertutup yang agak privasi. Di sini, saya dapat lebih fokus berbanding di ruang-ruang umum yang agak terbuka.

Suasana perpustakaan negara sangat meriah pada zaman saya. Hujung minggu sentiasa ramai. Berbagai lapisan umur dan bukan hanya terhad pada pelajar sekolah sahaja. Tambahan lagi, lokasinya yang terletak tidak jauh dari Universiti Teknologi Malaysia, kampus Jalan Semarak membuatkan ramai siswa-siswi yang datang membuat ulangkaji mahupun kajian penyelidikan. Saya tak terlepas juga menjadi responden mereka yang ketika itu, soalan survei diedarkan secara fizikal dan kemudian akan dapat goodies seperti pensil sebagai token penghargaan menjawab soalan survei.

Berbagai tempat diperpustakaan yang saya explore ada bilik interaksi media, ada sebuah machine monogram yang mana kita boleh gunakan untuk me’review’ bahan surat khabar yang terbitannya kurang dari tahun 1990 an. Saya gunakan bahan tersubut untuk portfolio SPM saya sengan memasukkan bahan-bahan “sebenar” dari bacaaan yang saya dapat sebagai “bukti” dan penjelasan dari sudut pandang yang lain. Sangat menarik.

Semasa inilah saya rasakan sangat teruja untuk explore bahan bacaan dan ilmu secara umumnya. The curiosity was sparks!

Kisah nakal saya dan arwah abang juga berlaku diperpustakaan negara. Kami pernah “ponteng sekolah” dan ke Perpustakaan Negara. So Nerd! Waktu itu saya berasa di tingkatan 1 manakala arwah di tingkatan 2. Kami ponteng kerana minggu tersebut merupakan minggu terakhir sebelum cuti sekolah dan selepasa tamat peperiksaan akhir tahun. Kerana bosan, kami culas untuk ikuti aktiviti yang disediakan sekolah (gotong-royong), maka pandai-pandai pula cari jalan fly ke Perpustakaan Negara.

Cuak juga ketika itu dengan berpakaian sekolah, kami “lepak” di sana hingga jam 5 petang dan kemudian naik bas balik semula ke rumah. Perasaan seronok berbaur serba salah. Itulah kali pertama dan terakhir saya ponteng sekolah. Sangat Skema! hahaha.

Kali terakhir saya ke perpustakaan negara ialah pada tahun 2012. Sewaktu saya baharu ingin memulakan kajian penyelidikan peringkat sarjana (master) saya. Cadangan kajian saya ketika itu adalah berkisar aksara dan tulisan Jawi. Oleh itu, saya usahakan untuk dapatkan bacaaan dan bahan berbentuk buku memandangkan kandungan bahan berkaitan tulisan Jawi di dalam talian (internet) adalah sangat sedikit.

Ketika itu jugalah saya terserempak dengan editor Majalah Dewan Bahasa. Beliau menawarkan saya untuk menulis dalam column majalah kendalian beliau berkaitan Tulisan Jawi dan arus teknologi. Inilah kali pertama saya terbitkan penulisan rencana ilmiah di media umum.

Kini, selepas hampir 20 tahun saya kembali semula ke Perpustakaan Negara, bersama harapan adakah suasananya akan sama?

Apa yang saya dapat hanya kecewa.

Pintu utama dan banguanan utama tidak dibuka dan digunakan lagi untuk kegunaan umum. Saya jangka barangkali dalam proses penambahbaikan dan sejak pendamik Covid, mereka telah berpindah ke ruang bangunan lebih kecil untuk mudah tadbir dan memandangkan kunjungan orang ramai kian berkurang.

2024, tahun ini saya datang kerana ingin dapatkan semula keratan akhbar penulisan saya yang berjaya diterbitakan atas kapasiti penulisan akademik mengikut kepakaran (Teknologi Maklumat). Selepas mengikuti bengkel anjuran PSPK UPM, saya berjaya terbitkan dua artikel akhbar. Satu artikel terbitan tahun lepas dan satu lagi terbitan tahun ini. Semestinya ia merupakan pencapaian terbaik diri saya setakat ini untuk berkongsi pandangan kepada umum.

Seperti yang saya maklumkan, perpustakaan negara ada menyimpan arkib lama akhbar fizikal. Bagi akhbar yang sekitar tahun 2024 dan beberapa tahun kebelakang, mereka ada simpan dalam bentuk fizikal. Naik sahaja ke Aras 6 dan terdapat kaunter untuk kita berikan maklumat tarikh dan jenis akhbar yang ingin kita perolehi.

Bahan tersebut hanya dipinjamkan dan kemudian wajib dikembalikan semula dengan mengisi borang ambil-pulang yang disediakan pegawai. Saya kemudian ke aras 7 untuk buat salinan berwarna. Alhamdulillah. Saya berjaya simpan artikel berkenaan dalam bentuk yang telah terbit di akhbar. Bolehlah saya kumpul dan bingkaikan. Biar menjadi pencetus semangat untuk terus menulis!

Jika dibandingkan dengan senior-senior, apalah sangat dua artikel akhbar saya ini. Mereka lebih banyak terbitkan artikel sebegini. Namun, yang sering saya pelajari selama ini ialah untuk tidak membandingkan diri kita yang baru di Bab Satu buku dengan mereka yang sudah pun berada di Bab 10 buku. Juga, perlu saya selalu ingatkan diri, pesaing sebenar adalah diri kita. Untuk berjaya itu, adalah kita sendiri menjadi lebih baik dan semakin baik mendaki tangga kejayaan dan mencipta pencapaian-pencapaian yang terbaik dalam hidup kita. Yang paling pasti mereka semua adalah inspirasi!

Saya kongsikan beberapa gambar yang sempat saya ambil di Perpustakaan Negara tempoh hari. Berbagai perasaan dan perkara bermain di minda, adakah kerana arus teknologi dan digital telah “membasuh” terus pengunjung perpustakaan negara yang dahulu? Adakah buku fizikal sudah tidak reliven?.

Walaubagaimanapun, tidak dinafikan masih ada ibu bapa yang datang ke ruang bacaan kanak-kanak. Namun yang agak kecewa ialah kesunyian perpustakaan itu semakin sunyi dan hambar.

Adakah ini menjadikan indikator juga bahawa masyarakat kita sudah tidak gemar membaca? Atau adakah masyarakat sekarang lebih gemar santai di ruang seperti cafe hipster dengan gadget mahupun buku berbentuk fizikal? Adakah ini bermakna, perpustakaan perlu sediakan ruang sebegitu? dan adakah masyarakat telah beralih arah kepada bahan buku digital? adakah mereka lebih suka lihat content #TikTokBook berbanding membaca buku? Adakah buku digital dan buku audio atau pustaka digital lebih realistik dengan keadaan dan kehendak masyarakat sekarang?

Ya, begitulah sibuknya fikiran saya ketika saya sambil-sambil meneroka bangunan kecil bertingkat 12 yang menggantikan bangunan utama Perpustakaan Negara itu.

Moga ada penambahbaikan dimasa akan datang.

• 

• 

• 

• 

•